BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Tujuan Percobaan
1.
Mengetahui proses flokulasi.
2.
Mengetahui pengaruh konsentrasi
koagulan,
jenis koagulan, waktu pengadukan dan kondisi pH terhadap % kejernihan pada limbah
cair.
1.2.Teori Dasar
Air limbah adalah kotoran dari
masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air
permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal
yang bersifat kotoran umum.
Air limbah mengandung
berbagai macam zat. Zat tertentu dan jumlah/konsentrasi masing-masing akan
bervariasi, tergantung pada sumbernya. Sulit untuk menempatkan air limbah ciri
air limbah. Akan tetapi karasterisasi air limbah biasanya didasarkan pada
kondisi rata-rata.
Karasteristik air limbah dibedakan menjadi 3,
yaitu:
1.
Sifat fisik
-
Warna
Air limbah segar biasanya berwarna coklat keabuan.
Namun, air limbah memiliki warna khas abu-abu. Warna air limbah akan berubah
secara signifikan mengikuti jumlah kotoran. Air limbah memiliki khas warna
hitam
-
Bau
Bau air limbah limbah domestik (rumah tangga)
biasanya disebabkan oleh gas yang dihasilkan oleh dekomposisi bahan organik
atau zat lain yang ditambahkan dalam air limbah. Air limbah domestik memiliki
bau apek. Namun jika air limbah bercampur kotoran maka baunya kan berubah
signifikan seperti telur busuk karena terkait dengan produksi hidrogen sulfida
(H2S)
-
Suhu
Suhu air limbah umumnya lebih tinggi dari suhu air,
karena penambahan air hangat dari limbah domestik dan industri. Namun, suhu
dapat berubah signifikan karena hujan.
-
Aliran
Volume air limbah yang biasa digunakan dinyatakan
dalam galon per hari.
2.
Sifat kimia
-
Alkalinitas
Yaitu ukuran untuk air limbah dalam menetralisir
asam. Ini diukur dari bikarbonat, karbonat dan alkalinitas hidroksida.
Alkalinitas penting untuk penyangga (pH netral) air limbah selama proses
pengolahan biologis.
-
BOD
(biochemical oxygen demand)
Ini adalah ukuran dari jumlah materi biodegradable
dalam air limbah. Biasanya diukur dengan tes 5-d dilakukan pada 200C.
Limbah domestik BOD biasanya di kisaran 100 sampai 300 mg/L.
-
COD (chemical
oxygen demand)
Yaitu untuk mengukur banyaknya oksigen terlarut. COD
ini biasanya dalam kisaran 200 sampai 500 mg/L.
-
Dissolved gas
(gas terlarut)
Yaitu banyaknya gas terlarut dalam air limbah.
Gas-gas tertentu dengan konsentrasi normal biasanya terdapat dalam air limbah.
Jenis limbah domestik yang mengandung oksigen, karbon dioksida dan hidrogen
sulfida relatif rendah.
-
pH
untuk mengukur keasaman air limbah. Untuk
pengolahan air limbah, pH biasanya harus dalam kisaran 6,5-9,0 (idealnya
6,5-8,0)
-
Solids
(padatan)
-
Sebagian
besar pollutan dalam air limbah dalam bentuk padatan. Pengolahan limbah umumnya
dirancang untuk menghilangkan padatan atau mengkonversi padatan menjadi bentuk
yang lebih stabil dan bisa dihilangkan. Solid berupa komposisi kimia (organik
dan anorganik). Konsentrasi total padatan dalam air limbah adalah 350-1200
mg/L.
-
Air
Air adalah konstituen utama air limbah. Kebanyakan
air membentuk 99,5-99,9 % dari air limbah. Bahkan dalam air limbah terkuat,
jumlah total kontaminasi kurang dari 0,5 % dari total dan limbah rata-rata
biasanya kurang dari 0,1%.
3.
Sifat biologis
Influen limbah mentah biasanya mengandung jutaan organisme.
Sebagian besar organisme ini non patogen, namun beberapa organisme patogen juga
mungkin hadir. (Ini mungkin termasuk organisme yang menjadi penyebab penyakit
seperti tifus, tetanus, hepatitis, disentri, gastroenteritis, dan lain-lain).
Proses pengolahan air limbah umum dilakukan 6 cara:
1.
Pengolahan
pendahuluan (preliminary treatment)
Pada proses ini menghilangkan bahan-bahan yang
dapat merusak peralatan pabrik seperti padatan apung, pasir dll.
2.
Pengolahan
awal (primary treatment)
Pada proses ini bertujuan untuk menghilangkan zat
padat dan padatan terapung.
3.
Pengolahan
kedua (secondary treatment)
Menghilangkan BOD dan koloid bahan organik melalui
proses biologis. Bahan-bahan organik akan berubah menjadi padatan yang stabil.
4.
Pengolahan
lanjutan (advanced treatment)
Pada proses ini menggunakan tindakan fisik, kimia
dan biologi untuk menghilangkan BOD, padatan dan bahan lain.
5.
Pembunuhan
bakteri (disinfection)
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroorganisme dalam air limbah, menghilangkan kemungkinan adanya
penyakit.
6.
Pengolahan
lumpur (ludge treatment)
Proses ini bertujuan menstabilkan padatan lumpur dari air limbah selama
proses pengolahan, menonaktifkan organisme patogen, mengurangi volume lumpur
dengan membuang air.[1]
Pretreatment adalah suatu proses pengolahan air
pendahuluan atau sebelum dilakukan koagulasi dan flokulasi, yang bertujuan
untuk memisahkan bahan yang mengapung, misalnya: lemak, minyak, sabun dan
sebagainya. Beberapa proses pretretmen:
a.
Screening,
dilakukan jika air baku berasal dari air permukaan, yang mengandung bahan
terapung dengan ukuran kecil sampai besar.
b.
Pre-sedimentasi,
dimaksudkan untuk mengendapkan lumpur berat atau tidak tersuspensi, pengendapan
dilakukan dalam bak penampung sekitar 24 jam.
c.
Skimming,
proses ini untuk menahan atau memisahkan bahan yang mengapung.
d.
Preaerasi,
yaitu proses pemasukan oksigen kedalam air, dengan tujuan untuk:
-
Memudahkan
treat-ability
-
Memudahkan
pemisahan lemak, mengurangi bau dll.
-
Pengurangan
BOD
Koagulasi adalah
suatu proses penambahan bahan kimia (koagulan) untuk menimbulkan gumpalan dari
bahan halus yang tidak mudah mengendap atau terdispersi dimana settling
velocity lambat sekali. Gumpalan tersebut akan menyebabkan densitasnya lebih
besar dari air sehingga setling velocity nya menjadi besar atau cepat.
Koagulan adalah bahan
yang mempunyai kemampuan untuk menetralisasi muatan partikel koloid dan
mempunyai kemampuan mengikat partikel tersebut. Beberapa macam koagulan yaitu:
1.
Alum (Al2(SO4)3.H2O)
Koagulan ini biasa digunakan karena sangat efektif
dalam membentuk flok, stabil dan ekonomis dalam penggunaannya. Alum mengandung
17% Al2O3 dengan kelarutan 86,9/100 bagian air pada 0 0C.
Namun koagulan ini bersifat asam sehingga sangat korosif. Karena asam maka
koagulan ini sangat baik digunakan pada Ph 5,5-7,4 dan optimum 7,05
2.
Ferro sulfat
(FeSO4.H2O)
Banyaknya ferro sulfat sangat tergantung dari
kekeruhan, alkalinitas dan CO2 dalam air. Kelebihan Ca(OH)2 yang
besar perlu dihindari karena akan menyebabkan banyak endapan pada saluran.
3.
Ferri sulfat
Koagulan ini mempunyai sifat mudah nbereaksi
dengan natural alkalinity yang ada didalam air membentuk ferri hidroksida yang
sukar larut, sehingga koagulan ini tidak membutuhkan koagulan Ca(OH)2.
4.
Sodium aluminat
(NaAlO2).
Koagulan ini lebih baik dipakai bersama dengan
alum karena akan mengurangi pemakaian alum dan dapat menghilangkan warna.
5.
Amonia alum
Koagulan ini dipakai dengan cara dilarutkan terlebih dahulu didalam suatu
penampung bertekanan sebelum diinjeksikan kedalam air.
Flokulasi adalah
proses pengadukan lambat setelah pencampuran air limbah dan koagulan untuk
meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan antara partikel-partikel stabil
dan membentuk flok yang lebih besar.
Flokulan adalah bahan
yang mempunyai kemampuan untuk mengikat partikel koloid sehingga flok yang
terjadi menjadi lebih berat dan menjadi lebih cepa mengendap. Penambahan
flokulan dianjurkan apabila koagulan sulit mengikat partikel yang ada didalam
air atau koloid yang terjadi lambat mengendap. Beberapa macam flokulan yaitu:
silika aktip, natrium alginat dan poli-elektrolit.
Pada proses koagulasi-flokulasi terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi, yaitu:
1.
Alkalinitas
Proses lumpur aktiv membutuhkan alkalinitas yang
cukup, untuk memastikan pH itu tetap berada pada kisaran yang dapt diterima
dari 6,6-9.0. jika nitogen organik dan amonia sedang dikonversi menjadi nitrat
(nitrifikasi) maka alkalinitas yang
cukup harus tersedia untuk mendukung proses ini.
2.
pH
pH larutan campuran harus dipertahankan dalam
kisaran 6,5-9.0 (idealnya 6-8). Fluktuasi bertahap dalam kisaran ini biasanya
tidak akan mengganggu proses koagulasi-flokulasi.
3.
Temperatur
Sebagai akibat fluktuasi suhu, maka proses
koagulasi-flokulasi tidak akan berjalan maksimal.
4.
turbidity
(kekeruhan)
Kekeruhan mengacu pada kejerniahan air, dimana kekeruhan disebabkan oleh
adanya materi atau zat dalam air sehingga mempengaruhi penyerapan dan hamburan
cahaya. Kekeruhan mempengaruhi analisa kejernihan air dan radiasi UV pada
proses desinfektan air limbah dimana efektivitas iradiasi (penetrasi cahaya)
tidak akan bekerja maksimal. Semakin tinggi jumlah total padatan dalam air
limbah akan menunjukkan kekeruhan.[1]
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller dan waste water treatment ,STP, nutrisi, bakteri dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di(081310849918) email tommy.transcal@gmail.com
BalasHapus